Jumat, 02 Maret 2012

Suatu Sore di Jakarta

Mendung bernaung di langit kala itu,
Mengepul bersama asap dan debu
Dari para besi tua yang melangkah sejak nenek seusiaku.
Adalah sebarisan muda,
Berjalan dengan tegapnya,
Membahu dalam satu,
Menuju cahaya yang dulu terkobar biru.

Dulu, kudengar bangsa ini terkenal
Dengan ramah dan luhurnya pekerti,
Ia disesaki oleh insan yang berbudi
Tak ada caci – maki dari pinggir kali,
Atau rumah kardus di pinggiran rel kereta api.

Dulu, orang – orang berkata bahwa
Kita bangsa yang ringan tangan
Bukan untuk memukul wasit di lapangan,
Tapi gotong-royong dalam pembangunan.

Sekarang, banyak yang berkelakar di atas mimbar,
“Saya benar! Saya benar!”
Sembari berseru dengan wajah tegar
Namun ternyata, itu hanya bualan yang diobral.

Aku bukan tak percaya bahwa bangsa kita tetap bersahaja,
Menjunjung tinggi moral da etika.
Aku bukan tak percaya,
Hanya terlalu banyak fakta yang menyakitkan mata
Bahwa kita memang sedang kekurangan etika.
Apakah kita akan membiarkannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar