22 Februari
Ia sudah siap sepagi ini. Wajahnya ditekuk, murung. Kucari tanda – tanda keceraham tapi tak bisa kutemukan. Hari ini adalah hari bahagianya. Entahlah, haruskah ia bahagia. Biasanya orang – orang yang bertambah usianya akan beranjak bahagia, tambah bersyukur dan dewasa.
Ia sudah siap sepagi ini. Wajahnya ditekuk, murung. Kucari tanda – tanda keceraham tapi tak bisa kutemukan. Hari ini adalah hari bahagianya. Entahlah, haruskah ia bahagia. Biasanya orang – orang yang bertambah usianya akan beranjak bahagia, tambah bersyukur dan dewasa.
Kulihat jemarinya yang kini tak selentur
dulu. Tak lupa mataku menyapu kerutan yang sudah hinggap di wajahnya. Ya, dia
yang selama ini kami hormati. Tak kusangka inilah yang dapat kami berikan di
hari bahagianya.
Rasa malu kadang hinggap di hatiku. Kami
belum lama ini dilanda duka yang membuat hatinya lara. Meski melalui kata ia
tak berucap kecewa. Namun jauh di lubuk hatinya, rasa itu ada. Aku juga tak mau
mempersalahkan siapa pun dalam hal ini. kupikir tak ada lagi yang patut
dipersalahkan. Aku juga tak sedang membela seorang pun. Sudah cukup kami
merasakan pahit.
Semoga semua kemalangan ini membawa hikmahnya, menjadikan kami semua lebih baik dari sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar