Rabu, 07 Maret 2012

Kado Ulang Tahun


22 Februari
Ia sudah siap sepagi ini. Wajahnya ditekuk, murung. Kucari tanda – tanda keceraham tapi tak bisa kutemukan. Hari ini adalah hari bahagianya. Entahlah, haruskah ia bahagia. Biasanya orang – orang yang bertambah usianya akan beranjak bahagia, tambah bersyukur dan dewasa.
Kulihat jemarinya yang kini tak selentur dulu. Tak lupa mataku menyapu kerutan yang sudah hinggap di wajahnya. Ya, dia yang selama ini kami hormati. Tak kusangka inilah yang dapat kami berikan di hari bahagianya.
Rasa malu kadang hinggap di hatiku. Kami belum lama ini dilanda duka yang membuat hatinya lara. Meski melalui kata ia tak berucap kecewa. Namun jauh di lubuk hatinya, rasa itu ada. Aku juga tak mau mempersalahkan siapa pun dalam hal ini. kupikir tak ada lagi yang patut dipersalahkan. Aku juga tak sedang membela seorang pun. Sudah cukup kami merasakan pahit.
Semoga semua kemalangan ini membawa hikmahnya, menjadikan kami semua lebih baik dari sebelumnya.

Memaknai Persahabatan

 gambar dari inspirationalreminders.com

Dulu ibu pernah bertanya kepadaku, 

"Kakak, apakah kakak punya seorang sahabat?"

"Iya, Bu. Tentu aku mempunyainya."

"Tapi ngomong - ngomong, sahabat itu apa ya?"

"Sahabat itu orang yang selalu bermain dengan kita, Bu."

Begitulah, kudefiniskan arti dari seorang sahabat. Dia yang selalu mencariku untuk diajak bermain, dia yang selalu kucari untuk kuajak main, dia yang selalu bersamaku untuk bermain, itu lah dia. Itulah sahabatku. Namun, lama kemudian, dia tak hanya bermain bersamaku saja. Dia juga bermain dengan temanku yang lain. Lalu apakah dalam sebuah persahabatan itu mengenal istilah mendua, meniga, mengempat atau melima?

Maka kutemukan istilah lain dari persahabatan, setelah lama aku mengkajinya, sahabat dalam kepalaku punya pengertian yang baru, yaitu dia yang bermain bersamamu, duduk sebangku bersamamu dan juga pulang dan berangkat ke sekolah bersama.

Ya, dia ada. Dia lah yang kuanggap sebagai sahabatku di zaman aku masih duduk dibangku SD.

Tapi kemudian, setelah kusadari lagi, rumah kami berjauhan dan aku tak selalu berangkat dan pulang bersamanya. Apakah dia bukan sahabatku?

Hingga kami tak lagi duduk dalam satu meja, aku masih menganggapnya sebagai sahabatku, ya, bagaimana pun dia memang sahabatku.

Kemudian kami tak lagi satu sekolah, baik itu semasa SMP, SMA atau pun kuliah. Dan semua yang saya maknai sebagai sahabat itu lenyaplah sudah. Saya benar- benar didera kebingungan dalam memaknai sebuah persahabatan. 

Apakah sahabat itu orang yang satu sekolah denganmu saja, apakah dia orang yang selalu kamu pikirkan, atau yang kamu butuhkan.



Nyanyian tanpa Sajak

Kupetik nada yang sumbang,

Ya, aku tahu kita masih bernyanyi dengan suara yang sama

Sesekali aku terbatuk, hendak mengganti suara

Tapi beginilah adanya suaraku,

serak, cempreng dan fals


***

Kali ini aku tak lagi mau bernyanyi

Karena berbicara saja aku sumbang

Apalagi dengan bernyanyi

***

Nyanyiku hanya sebatas puisi tanpa sajak

Bukan guntur yang menggema di tepian gunung

Atau juga burung yang berkicau dengan riang.

PNS vs Perantara Penjemput Rezeki

Saya sempat merasa lucu saja mendengar ide agar PNS tidak berwirausaha. Iya, saya tahu sih wirausaha itu mungkin akan menyebabkan PNS tersebut tidak berkonsentrasi kepada pekerjaannya. Namun bagaimana dengan wirausaha yang dijalaninya itu, ia malah lebih fokus terhadap tugas utamanya sebagai seorang pengabdi negara. Tentu, sah-sah saja kan kalau mereka berwirausaha. Toh, wirausaha itu hubungannya dengan bakat alami seseorang, menurut saya. Ada yang emang sudah menjadi pembawannya. Bukankah berwirausaha itu pekerjaan yang mulia, bisa menjadi perantara bagi orang lain yang ingin menjemput rezeki - rezeki mereka.

Maka janganlah menghalangi para peantara yang hendak menghantarkan rezeki dari Tuhannya ini. Biarkanlah mereka berwirausaha walau statusnya sebagai PNS biasa. Bila ada yang beranggapan bahwa wirausahawan yang berstatus PNS dan tak berstatus PNS jika mesti bersaing maka akan ada ketimpangan informasi, maka saya ragu sendiri. Toh, banyak PNS yang tidak juga merangkap sebagai wirausahawan, kan. Intinya, yang mau berwirausaha itu bukan masalah PNS atau tidaknya namun masalah berani mengambil resiko atau tidak. Kalau berani, ya dengan sentuhan kreatifitas dan inovasi maka suatu saat nanti usahanya juga akan berkembang dengan sendirinya.

Sekali lagi, jangan mematikan kreativitas yang mereka miliki. Mereka hanya berusaha untuk menjadi perantara rezeki.

Bapak Ibu, ip-nya mana?

Sudah tiga hari saya menunggu, tapi yang ditunggu - tunggu belum nongol juga. Hehee... emang sih menunggu kali ini agak berbeda dengan kali sebelumnya. Kami udah dikasih tahu kalau semua anak pajak pajak semester ini bisa lolos ke semester berikutnya, alhamdulillah. Tapi tetap saja ya, yang namanya mahasiswa biasa butuh juga mengetahui berapa indeks prestasinya. Apakah naik atau turun daripada semester sebelumnya. Harapan saya sih, tentunya naik. Naiiiik dengan setinggi - tingginya deh. Amin.
Mohon doanya ya.

Biasanya sesuatu bernama ip itu akan muncul seminggu sebelum kami kuliah. Tapi sekarang tinggal empat hari sebelum kuliah, belum muncul - muncul juga. Apa pun sebab lamanya ip semester ini keluar, saya doakan semoga para pegawai yang mengurusinya diberikan kemudahan dalam bekerja, dinaikkan gaji dan golongannya, diberikan kesempatan berkarir yang lebih baik lagi daripada yang diamanahkan kepadanya saat ini. Intinya, semoga lancar ya Pak dan Ibu segala urusan dan pekerjaannya.

Tips untuk Ayah dan Bunda selama Bunda Hamil



Selamat saya ucapkan buat semua bunda yang sedang menantikan kehadiran buah hatinya. Semoga kehamilan yang sedang bunda jalani ini, bisa selalu sehat dan juga melahirkan bayi yang sehat. Meskipun saya belum pernah hamil, tapi ini saya bagikan beberapa tips saat bunda hamil yang saya kumpulkan dari beberapa sumber, diantaranya melalui penuturan ibu saya sendiri. Monggo, disimak ya, bunda dan ayah sekalian.
Dalam bayangan saya, hamil itu bukanlah sesuatu yang mudah. Beban yang dibawa oleh seorang wanita saat ia hamil cukup berat. Itu baru beban fisiknya, lain lagi kalau ada beban psikologisnya ya. Tapi jangan berputus asa dulu. Bunda yang bisa mengandung saat ini adalah orang – orang pilihan Tuhan yang dipercayai untuk merawat seorang anak manusia nantinya. Percayalah, capek dan lelah yang bunda rasakan selama kehamilan ini akan dibalas oleh Tuhan dengan sesuatu yang luar biasa.
Bunda dan ayah sekalian pasti ingin kan punya anak yang sehat dan cerdas. Maka masa kehamilan bunda ini menjadi salah satu masa yang mesti diperhatikan. Menurut ibu saya, hal yang tidak boleh dilakukan saat hamil adalah murung. Sebab kemurungan itu pasti juga akan berdampak buruk bagi si calon bayi. Bunda harus ceria saat mengandung ya supaya bayinya juga ikutan ceria nantinya.
Keceriaan ini tentu tak hanya datang dari faktor internal yang ada di dalam diri bunda saja. Faktor – faktor eksternal sangat mendukung, terutama keberadaan sang ayah. Ayah juga harus bisa menciptakan suasana yang ceria bagi bunda lho. Biar bundanya merasa senang dan nyaman. Bukan berarti mesti menuruti hal – hal aneh yang diinginkan oleh sang istri (baca : ngidam), tapi justru harus memperhatikan perkembangan sang buah hati yang berada di dalam kandungan bundanya, mengingatkan sang bunda untuk memenuhi asupan gizinya secara seimbang dan bahkan bisa juga memijat sang bunda. Pijatan yang ringan itu bisa membuat seseorang menjadi lebih rileks.
Salah satu hal yang mesti diperhatikan selama kehamilan adalah asupan nutrisi yang bunda konsumsi mesti cukup dan seimbang. Sebab nutrisi yang masuk ke dalam tubuh bunda juga dibutuhkan oleh sang calon bayi. Perkenalan sang calon bayi dengan beragam buah dan sayur juga dimulai selama masa kehamilan. Jika selama kehamilannya sang bunda sudah rajin mengkonsumsi buah dan sayur, maka tidak akan sulit bagi bayinya kelak untuk mengkonsumsinya.
Untuk mencukupi asupan gizinya, bunda juga perlu mengkonsumsi susu. Susu ini berguna untuk memenuhi kebutuhan kalsium sang bunda dan buah hatinya. Tapi tidak harus susu yang berlabel khusus untuk ibu hamil lho, bisa juga susu yang lainnya selama bunda merasa cocok saja dengan susu itu.
Selama kehamilan, bunda juga bisa mulai memperkenalkan calon buah hatinya dengan dunia sekitar. Misal, mengajaknya berbicara, membaca, berolah raga yang sesuai untuk wanita hamil dan yang tak kalah penting adalah mengajaknya untuk beribadah. Hal – hal yang bunda lakukan selama kehamilan ini juga akan terbawa oleh si calon bayi. Maka penuhi aktivitas sehari bunda dan calon bayi dengan hal – hal positif ya.
Konon, seorang rekan pernah bercerita kepada saya bahwa di Jepang selama ibu mengandung bayinya, mereka sudah mengajari calon bayinya itu dengan matematika. Lalu ketika bayi itu sudah tumbuh lebih besar, banyak dari mereka yang mahir dalam hal matematika. Maka bunda juga bisa menerapkannya dengan bayi bunda, rangsanglah dia mulai dari dalam kandungan. Tentu, berikan selalu rangsangan dan sugesti yang positif baginya.
Sekian tips dari saya. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Saya doakan agar kehamilan bunda sekalian sehat, kelahirannya juga selamat dan anak yang dilahirkan juga sehat serta cerdas, sesuai seperti yang ayah dan bunda harapkan. Amin


Liat lombanya di link ini yaaa 

Jumat, 02 Maret 2012

Aku Bukan Psy-trapper



“Eh, anak – anak bilang kamu itu psy-trapper lho!”
Pipit berbisik pada Mian suatu siang setelah mereka menyaksikan pemampangan nilai salah satu mata ujian mereka.
Mian jelas tak bisa menerima pernyataan tersebut.
“Aku ...?” tanyanya kaget.
“Iya, kamu itu setiap selesai ujian bilangnya gak bisa, susah lah atau apa lah tapi ternyata nilai – nilaimu bagus semua.”
“Tapi itu kan baru nilai AKM sama cost aja. Nilai lainnya belum tahu,” Mian tetap sewot dan tak bisa menerima.
“Ya... jangan marah sama aku dong, Mi. Aku kan cuma menyampaikan apa yang teman – teman kelas kita pikirkan tentang kamu. Kalau kamu nggak merasa sebagai psy-trapper ya dibuktikan. Jangan marah ke aku!”
***
Mian tak habis pikir, ia bisa disebut sebagai psy-trapper karena sebatas apa yang dia ungkapkan di akun pribadinya setelah menjalani ujian. Apakah salah menuliskan sesuatu yang bisa meringankan sedikit beban hati di akun pribadi yang dia miliki sendiri? Apakah ada yang melarangnya melakukan hal tersebut.
Tidak!
Tak ada yang bisa melarangnya berbuat seperti itu. Terlebih, teman – teman sekelasnya. Mereka juga seharusnya bisa memahami dirinya yang harus menuliskan semua itu demi meredam kegalauan hatinya sendiri.
Mian bingung apa yang harus dilakukannya sekarang setelah ia tahu akan pandangan teman teman – temannya tentang dirinya. Dia jadi tidak betah berlama – lama di kelas. Dia mau menghilang saja di depan mereka karena cap psy-trapper yang menempel pada dirinya.
“Aku jadi serba salah di kelas sekarang.”
“Masalah psy-trap itu lagi ya?”
“Iya nih, kalau dapat nilai bagus nanti dikira psy-trap lagi. Tapi kalau dapat jelek kan juga bisa – bisa aku ter-DO.”
“Ah, nanti juga mereka lupa sendiri, Mi. Masalah seperti ini jangan sampai mengganggu kamu deh. Cuekin aja!”
“Aku udah mencoba untuk mencuekan mereka. Tapi tetap aja perasaanku udah gak enak duluan. Setiap kali aku bertemu dengan mereka, aku jadi kehilangan mood. Lemas di kelas!”
“Wah, gawat itu Mi. Bisa – bisa kamu juga malas masuk kelas. Kalau absenmu bermasalah bisa jadi gak dapat ikut ujian dong.” Mita panik sekaligus prihatin dengan nasib sahabatnya.
“Iya aku tahu itu, Mit. Jadinya aku tetap berusaha masuk kelas.”
“Sabar ya... Badai pasti berlalu kok.”
***
Mian ingat pertama kali mereka digemparkan dengan isu psy-trap. Kasak – kusuk itu bermula dari dunia maya saja. Banyak yang memperbincangkan perkara tersebut dari satu lapak ke lapak lain yang ia ikuti. Namun dia sendiri malas berurusan dengan hal semacam itu. Ia tidak ikut menimbrungi apa yang teman – temannya ungkapkan di dunia maya. Ia juga tidak berpendapat apa pun tentang psy-trap itu sendiri.
“Mungkin ini salah aku juga. Mereka kan gak tahu perasaan orang – orang yang dikira psy-trapper sepertiku.”
Ia menyalakan komputer, masuk ke akun pribadinya dan mulai mengetikkan berbaris – baris kata di sana.
“Hal  yang paling penting, aku merasa bukan sebagai pelaku psy-trap tersebut. Jadi aku harus berani memberitahu mereka kalau aku bukan lah orang semacam itu.”
Ia langsung menuliskan apa yang ingin ia katakan kepada semua orang yang memandangnya sebagai pelaku psy-trapper. Ia tak mampu mengatakannya secara lisan jadi melalui media tulisan inilah ia ungkapkan apa yang ia rasakan.
Selama ini meski ia sering berkicau tentang kepesimisannya akan hasil ujian, ia sama sekali tak berniat bahwa teman – temannya yang lain akan merasakan kepesimisan yang sama. Setelah ia telaah kembali mungkin alasannya menuliskan kecemasannya itu karena ia butuh dukungan dari teman – temannya agar bisa kembali optimis untuk menghadapi ujian pada hari esoknya.
Ia juga tak pernah menuliskan kalimat semacam ajakan untuk bersantai ria selama ujian. Ia hanya mengatakan bahwa ia tak yakin akan suksesnya ujian yang telah dijalaninya. Meskipun ternyata setelah mereka menyaksikan sendiri hasil ujiannya, ia mendapatkan nilai yang lumayan memuaskan. Dan itu semua adalah sebuah anugerah yang tak disangka – sangka oleh dirinya sendiri.
Ia heran mengapa teman – temannya harus menyimpulkan bahwa yang demikian itu adalah bagian dari upaya psy-trap. Kenapa tak berpikir bahwa setiap orang itu mempunyai standar yang berbeda – beda dalam menyikapi apa yang telah mereka lakukan. Misal, bila Mian merasa ia tak sukses dalam ujian yang telah ditempuhnya, mungkin kriteria kesuksesan menurut Mian  itu berbeda dari yang lainnya. Mungkin sukses menurut Mian adalah berhasil mengerjakan seluruh soal ujian dan hasil yang diperolehnya minimal A. Tapi ternyata setelah menempuh ujian tersebut, ia merasa tidak bisa meraih nilai A itu. Dan ketika pengumuman nilai tiba, ternyata nilainya hampir A.
Setelah tulisan itu rampung, ia langsung mempublikasikannya. Ia tak tahu apa yang akan diungkapkan teman – temannya nanti, setelah mereka membaca tulisannya ini. Ia hanya ingin mereka memahami bahwa ia bukan lah seorang psy-trapper dan tak pernah sekali pun berusahan untuk melakukan usaha – usaha psy-trap itu. (desy)